Renovasi Masjid Agung Al-Munawarah: Mampukah Proyek Rp10 Miliar Ini Menjadikannya Masjid Paling Ramah Lingkungan di Kalimantan?
Foto: Istimewa
Banjarbaru, KALSELBABUSSALAM.COM - Renovasi besar-besaran yang tengah berlangsung di Masjid Agung Al-Munawarah, Banjarbaru, kini menjadi topik hangat di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan dana fantastis lebih dari Rp10 miliar yang bersumber dari APBD 2024, proyek ini diharapkan dapat menjadikan masjid tersebut sebagai tempat ibadah paling ramah lingkungan di Pulau Kalimantan. Namun, apakah renovasi ini benar-benar akan memenuhi harapan atau justru membawa perubahan yang tak diinginkan?
Proyek renovasi ini, yang dilaksanakan oleh CV. Bangali dengan jangka waktu 180 hari kalender, memfokuskan pada peningkatan aspek ramah lingkungan dari masjid tersebut. Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Banjarbaru, Niena, menjelaskan bahwa renovasi ini bukan hanya sekadar memperbaiki struktur fisik, tetapi juga bertujuan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi penggunaan air, dan bahan bangunan ramah lingkungan. Salah satu fokus utama adalah penataan ulang tata kelola air wudhu, toilet, serta pemandian jenazah, yang diharapkan dapat mendukung konsep bangunan hijau yang berkelanjutan.
Namun, di tengah harapan besar ini, muncul pula kekhawatiran dari masyarakat. Masjid Agung Al-Munawarah selama ini dikenal sebagai tempat ibadah yang menyatu dengan alam sekitarnya, memberikan ketenangan dan kedamaian bagi para jamaah. Banyak yang khawatir bahwa renovasi besar-besaran ini justru akan merusak atmosfer alami yang telah menjadi ciri khas masjid tersebut.
Masyarakat Banjarbaru dan Kalimantan Selatan berharap bahwa modernisasi yang dilakukan tetap menghormati elemen tradisional dan lingkungan yang ada. Mereka ingin memastikan bahwa masjid ini tetap menjadi simbol spiritual yang memadukan keindahan arsitektur dengan prinsip-prinsip lingkungan. Jika tidak, investasi besar ini dikhawatirkan hanya akan menciptakan bangunan megah yang kehilangan ruh dan esensinya sebagai oase spiritual.
Renovasi ini, menurut Niena, juga akan mencakup pembenahan tata suara indoor dan outdoor, yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengalaman beribadah bagi para jamaah. Namun, akankah semua upaya ini cukup untuk menjadikan Masjid Agung Al-Munawarah sebagai masjid paling ramah lingkungan di Kalimantan?
Dengan antusiasme yang tinggi dari satu sisi dan kekhawatiran yang mendalam dari sisi lain, proyek ini jelas berada di bawah sorotan tajam masyarakat. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah renovasi ini akan menjadi contoh sukses dalam menggabungkan modernitas dengan kelestarian lingkungan, atau sebaliknya, menjadi contoh bagaimana modernisasi bisa salah arah.
Satu hal yang pasti, transparansi dan partisipasi aktif dari masyarakat akan sangat penting dalam memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai dengan harapan banyak pihak. Renovasi Masjid Agung Al-Munawarah bukan hanya tentang mengubah bangunan, tetapi juga tentang menjaga dan memperkuat nilai-nilai yang telah lama menjadi fondasi spiritual komunitas.(Kbs)