Gerakan Seniman Masuk Sekolah: Strategi Baru Siapkan Generasi Milenial Berbudaya di Era Digital
Kotabaru – KALSELBABUSSALAM.COM
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, Kabupaten Kotabaru membuat gebrakan besar dengan meluncurkan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang bertujuan mencetak generasi milenial yang cerdas, kreatif, dan berbudaya. Program ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kotabaru bersama Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kotabaru dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk para seniman dan siswa dari beberapa sekolah di Kotabaru.
Bertempat di Aula Disdikbud Kotabaru, acara ini dimulai dengan seremonial khas Banjar berupa pemasangan laung Banjar dan pengalungan selendang sasirangan kepada Kepala Disdikbud dan Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan. Kegiatan ini dihadiri oleh siswa-siswa SD dan SMP serta pembimbing dari tujuh sekolah yang telah mendapatkan bantuan alat musik tradisional.
Dalam sambutannya, Ketua DKD Kotabaru, Drs. H. Sajidan, SH M. Hum, mengungkapkan kebanggaannya atas dukungan pemerintah terhadap seniman lokal dan komitmen dalam melestarikan seni dan budaya di tengah derasnya arus digitalisasi. "Ini bukan sekadar acara biasa, tetapi upaya serius kita dalam memastikan generasi muda tidak melupakan akar budaya mereka," ujar Sajidan. Para siswa dari tujuh sekolah tersebut dibekali dengan berbagai keterampilan seni, mulai dari seni musik tradisi hingga modern, seni tari, teater, dan sastra.
Kegiatan ini dipandu oleh para ahli seni musik tradisional seperti Tamrin Pekki dan Zaki untuk biola, Iwan dan Taufik untuk panting, hingga Iwin Adi Syaputra dan Muhtar untuk babun. Selain itu, seni tari, teater, dan sastra juga diajarkan oleh para narasumber berpengalaman di bidangnya.
Kepala Disdikbud Kotabaru, H. Selamat Riyadi, S. Pd M. Ed, menekankan pentingnya seni dalam pembentukan karakter generasi muda. "Jika anak-anak berbudaya, mereka akan menjadi pribadi yang beradab, dan dari situlah akhlak yang baik terbentuk," tuturnya. Menurutnya, di era informasi yang serba cepat seperti saat ini, seni dan budaya lokal menjadi penyeimbang dalam membentuk karakter generasi yang berlandaskan moral dan budaya.
Program GSMS ini dianggap sebagai langkah strategis dalam mengatasi tantangan zaman di mana generasi milenial cenderung lebih akrab dengan dunia digital daripada warisan budaya mereka sendiri. "Ilmu yang mereka dapatkan di sini bukan hanya untuk dihafal, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari," tambah Selamat Riyadi.
Gerakan Seniman Masuk Sekolah bukan hanya sekadar program jangka pendek. Drs. H. Sajidan berharap agar kegiatan ini dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang, menjadi salah satu cara Kotabaru mempersiapkan generasi yang tidak hanya melek teknologi tetapi juga berakar pada identitas budaya yang kuat. “Ini adalah investasi jangka panjang untuk mencetak generasi yang kreatif, inovatif, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya,” pungkasnya.
Dengan adanya gerakan ini, Kotabaru tidak hanya berusaha menjaga tradisi, tetapi juga memadukannya dengan perkembangan zaman, menciptakan generasi milenial yang mampu bersaing secara global tanpa melupakan jati diri mereka. Apakah GSMS akan menjadi tren baru di seluruh Indonesia? Hanya waktu yang bisa menjawab.(Ainah).




